Kamis, 02 Oktober 2014

#1 Judul : Laci Pikiran



Konon manusia memikirkan 50 ribu sampai 60 ribu hal setiap harinya. Otak bisa jadi mirip seperti gerak transportasi di kota Jakarta, bisa macet dan melambat namun sesungguhnya tak pernah berhenti.

Setiap manusia tenggelam dalam alam pikirannya sendiri, bahkan pada saat kita mengatakan diri kita tidak sedang berpikir, sebenarnya kita sesungguhnya memikirkan sesuatu. Pikiran itu memenuhi laci laci otak, memenuhinya, dan terkadang tanpa disangka mereka sudah menyesakkan laci otak kita

 Kasihannya, sebagian manusia mengalami kebingungan luar biasa mengelola pikirannya. Sebagian kita lebih sibuk mengelola fisik namun terkadang pikiran seringkali lebih penting daripada fisik. Akhirnya, laci pikiran yang tak terawat pun membusuk. Pikiran yang membusuk bagaikan kanker yang sulit diobati. Mereka bahkan lebih mirip bom waktu, ledakannya tak terduga dan kerusakannya tak terkira. Akhirnya ‘korban-korban’ pun berjatuhan.

Pikiran yang secara terus menerus mengalir dalam otak memerlukan penyaluran. Bisa dibayangkan sesuatu yang mengalir bila terhambat, mungkin mirip dengan got hitam busuk yang tak menemukan penyalurannya. Akumulasi itu melahirkan stress, kegilaan, kesehatan yang menurun serta tindakan tindakan yang tak terduga.

 Manajemen Pikiran

Suatu saat, seorang supir taksi mengemudikan kendaraannya di tengah jalan kota yang cukup padat. Sebagian penduduk kota tersebut telah terbiasa meluapkan kemarahannya secara frontal. Walaupun demikian, emosi mereka cepat mereda ketika 'lawannya' tak turut menanggapi secara frontal pula.

Di jalan yang begitu padat, insiden kecil seringkali sulit dihindari. Supir taksi tersebut ketika menjalankan kendaraanya hampir saja menyenggol mobil yang ada di hadapannya.

Pengendara mobil yang hampir bersenggolan marah besar. Dia menghentikan mobilnya, dan mengajak supir taksi bertengkar dengan mengeluarkan kata-kata kasar.

Namun, supir taksi tersebut malah tersenyum. Dia melambaikan tangan, tersenyum dan menyapa ramah. Dia kembali melajukan kendaraannya, terlihat tenang dan tak lagi memikirkan masalah tersebut.

 Penumpang taksi yang bukan penduduk asli kota tersebut merasa takjub dengan perilaku supir. Dia bertanya dengan sopan.

"Paman, mengapa engkau tak membalas perkataan orang tersebut tadi?" Tanyanya.

Supir taksi tersebut menjawab tenang.

"Terkadang setiap orang membawa 'sampah' yang dia bawa ke mana-mana dan menumpahkannya di tempat yang tak sepantasnya. 'Sampah' itu adalah masalah dalam pikiran, mungkin berasal dari rumah, dari tempat kerja atau dari mana saja. Bisa jadi orang tadi seperti itu. Saya tak mau menerima 'sampah' orang tersebut dan membawanya."

Begitulah, terkadang seseorang membawa 'sampah' pikiran dan menunggu saat menumpahkannya. Dia akan menumpahkan hanya karena terpicu masalah kecil.

Terkadang ketika seseorang marah kepada kita, sejatinya bukanlah semata-mata karena perbuatan kita. Dia hanya mencari 'trigger', sehingga pelatuknya bisa melemparkan peluru kemarahannya. Mirip dengan kisah seorang bos yang tak bisa marah di hadapan istrinya, akhirnya pelampiasannya kepada bawahannya yang berada di bawah kekuasaannya.

Untuk mengatur pikiran sejatinya kita harus mengatur informasi yang masuk ke dalam pikiran kita. Beragam informasi yang bersifat sampah tak bisa diharapkan menjadi barang yang berguna.

Pikiran, selayaknya laci, perlu untuk diatur. Masukkanlah barang yang berguna, dan keluarkan barang yang tak penting. Kita harus selalu menyediakan kunci karena tak semua informasi harus masuk ke dalam laci pikiran kita.

 Tetaplah tenang
Hidup terkadang tak menawarkan hal yang indah kepada kita selain ketegangan yang menumpuk-numpuk. Namun, apapun yang terjadi tetaplah bersikap tenang.

Seseorang yang kehilangan ketenangan, ibarat seseorang yang membiarkan tsunami informasi buruk yang meluluhlantakkan pikirannya.

Kembali merenungi makna hidup dan hakekat hamba, menjadi resep jitu menghadapi kerasnya hidup. Ingatlah, Tuhan selalu memberikan kita kemampuan mencari jalan keluar dalam setiap permasalahan. Tetaplah percaya!

Tidak ada komentar: