Selasa, 18 Oktober 2011

Tips-tips Menghindarkan Kekecewaan karena Piutang


Suatu hari seseorang, sebut saja namanya mister Fulan meminjamkan uangnya kepada seseorang karena kasihan. Mister Fulan ini berniat baik dengan dasar keinginan membantu orang tersebut yang lagi membutuhkan.
                Bulan demi bulan berlalu, mister Fulan menunggu dengan sabar. Sampai akhirnya kesabarannya habis. Dia lalu datang menagih kepada si peminjam. Peminjam berkata agar mister Fulan bersabar, karena pengakuannya dia tidak punya uang.
                Tapi mister Fulan heran karena si peminjam tersebut baru saja menjual tanah dan rumahnya yang jumlahnya berpuluh-puluh kali lipat dari utangnya. Menurut pemikiran mister Fulan seharusnya si peminjam punya uang. Tapi dia tidak ingin memaksa dan marah kepada si peminjam.
                Bulan demi bulan berlalu, tahun demi tahun berlalu. Mister Fulan yang dulunya baik hati dan ramah tamah tidak dapat menahan kesabarannya. Dia datang ke tempat si peminjam dan menagih uangnya dengan perkataan sehalus mungkin. Si peminjam pun berjanji akan mengembalikannya beberapa waktu kemudian. Rianglah hati mister Fulan.
                Tak disangka, di waktu yang dijanjikan mister Fulan harus mendapatkan kekecewaan. Sang peminjam yang dulu berjanji kepadanya hilang entah ke mana. Remuk sudah kepercayaan mister Fulan, dia tidak seperti dulu lagi, yang suka membantu orang lain saat dibutuhkan.
                Seorang penulis buku pernah menuliskan sebuah tips dalam meminjamkan uang kepada orang lain “ Janganlah meminjam kalau masih berharap untuk dikembalikan”. Kata penulis lainnya bahwa “Jangan pernah meminjamkan uang kepada orang lain, tapi berikanlah saja dengan ikhlas tanpa ada harapan dikembalikan”. Ini karena masalah utang piutang sangat tidak menyenangkan. Ditolak segan, menagih tidak enak, tidak dikembalikan bisa memutuskan tali silaturrahim.
Tidak menyenangkan bukan mengalami hal tersebut? Berikut ini ada beberapa tips untuk menghindar dari kekecewaan karena berutang :
1.       Niatnya udah betul belum?

Dari Amirul Mu’minin, (Abu Hafsh atau Umar bin Khottob rodiyallohu’anhu) dia berkata: ”Aku pernah mendengar Rosululloh shollallohu’alaihi wassalam bersabda: ’Sesungguhnya seluruh amal itu tergantung kepada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai niatnya. Oleh karena itu, barangsiapa yang berhijrah karena Alloh dan Rosul-Nya, maka hijrahnya kepada Alloh dan Rosul-Nya. Dan barangsiapa yang berhijrah karena (untuk mendapatkan) dunia atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya itu kepada apa yang menjadi tujuannya (niatnya).’” (Diriwayatkan oleh dua imam ahli hadits; Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrohim bin Mughiroh bin Bardizbah Al-Bukhori dan Abul Husain Muslim bin Al-Hajjaj bin Muslim Al-Qusairy An-Naisabury di dalam kedua kitab mereka yang merupakan kitab paling shahih diantara kitab-kitab hadits)[
                Kalau niatnya bukan karena Allah maka meminjamkan uang sebaiknya diurungkan saja. Karena hasilnya bisa jadi menjadi sebuah dosa.
2.       Tahu gak ajaran orang berutang itu juga punya hak-hak?
Hak-hak orang berutang di antaranya :
a.       Menagih dengan cara yang baik
“Semoga Allah merahmati seseorang yang memberi kelapangan ketika menjual, ketika membeli dan ketika menagih haknya (utangnya).” (HR. Bukhari no. 2076)
b.      Memberi tenggang waktu bagi orang yang kesulitan
“Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 280)
“Barangsiapa memberi tenggang waktu bagi orang yang berada dalam kesulitan atau bahkan membebaskan utangnya, maka dia akan mendapat naungan Allah.” (HR. Muslim no. 3006)
3.       Tahu gak ternyata memberi utang mempunyai banyak manfaat?
a.       Diberi kemudahan dunia dan akhirat
Barangsiapa meringankan sebuah kesusahan (kesedihan) seorang mukmin di dunia, Allah akan meringankan kesusahannya pada hari kiamat. Barangsiapa memudahkan urusan seseorang yang dalam keadaan sulit, Allah akan memberinya kemudahan di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutup ‘aib seseorang, Allah pun akan menutupi ‘aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan senantiasa menolong hamba-Nya, selama hamba tersebut menolong saudaranya. (HR. Muslim no. 2699)
b.      Ketika kita memudahkan menagih utang kita termasuk (insya Allah) dalam doa nabi
رَحِمَ اللَّهُ رَجُلاً سَمْحًا إِذَا بَاعَ ، وَإِذَا اشْتَرَى ، وَإِذَا اقْتَضَى
Semoga Allah merahmati seseorang yang bersikap mudah ketika menjual, ketika membeli dan ketika menagih haknya (utangnya).” (HR. Bukhari no. 2076)
c.       Mendapatkan fasilitas naungan Allah (insya Allah)
مَنْ أَنْظَرَ مُعْسِرًا أَوْ وَضَعَ عَنْهُ أَظَلَّهُ اللَّهُ فِى ظِلِّهِ
“Barangsiapa memberi tenggang waktu bagi orang yang berada dalam kesulitan untuk melunasi hutang atau bahkan membebaskan utangnya, maka dia akan mendapat naungan Allah.” (HR. Muslim no. 3006)
d.      Dapat pahala dobel, bersedekah dan pahala mengutangkan
Dari Sulaiman bin Buraidah dari ayahnya,
“Barangsiapa memberi tenggang waktu pada orang yang berada dalam kesulitan, maka setiap hari sebelum batas waktu pelunasan, dia akan dihitung telah bersedekah. Jika utangnya belum bisa dilunasi lagi, lalu dia masih memberikan tenggang waktu, maka setiap harinya dia akan dihitung telah bersedekah semisal tadi.” (HR. Ahmad, Abu Ya’la, Ibnu Majah, Ath Thobroniy, Al Hakim, Al Baihaqi. Syaikh Al Albani dalam As Silsilah Ash Shohihah no. 86 mengatakan bahwa hadits ini shohih)
e.      Mendapatkan ampunan Allah (insya Allah)
Dari Hudzaifah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Beberapa malaikat menjumpai orang sebelum kalian untuk mencabut nyawanya. Kemudian mereka mengatakan, “Apakah kamu memiliki sedikit dari amal kebajikan?” Kemudian dia mengatakan, “Dulu aku pernah memerintahkan pada budakku untuk memberikan tenggang waktu dan membebaskan utang bagi orang yang berada dalam kemudahan untuk melunasinya.” Lantas Allah pun memberi ampunan padanya.” (HR. Bukhari no. 2077)

4.       Tahukah kita keutamaan bersabar pertama kali?
Sabar yang sebenarnya ialah sabar pada saat bermula (pertama kali) tertimpa musibah. (HR. Bukhari)

5.       Yang terakhir kita harus menyadari bahwa itu semua adalah takdir, dan menyesalinya adalah perbuatan tidak terpuji. Menyesali sesuatu hal hanya akan membawa dosa bagi kita.
a.       Semua adalah takdir Allah
Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.
Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkanAllah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal."
b.      Bahaya berandai-andai
Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disukai Allah daripada seorang mukmin yang lemah dalam segala kebaikan. Peliharalah apa-apa yang menguntungkan kamu dan mohonlah pertolongan Allah, dan jangan lemah semangat (patah hati). Jika ditimpa suatu musibah janganlah berkata, "Oh andaikata aku tadinya melakukan itu tentu berakibat begini dan begitu", tetapi katakanlah, "Ini takdir Allah dan apa yang dikehendaki Allah pasti dikerjakan-Nya." Ketahuilah, sesungguhnya ucapan: "andaikata" dan "jikalau" membuka peluang bagi (masuknya) karya (kerjaan) setan." (HR. Muslim)
c.       Pena telah diangkat
Dari Abul Abbas Abdulloh bin Abbas rodhiallohu ‘anhuma beliau berkata: Suatu hari aku berada di belakang Nabi sholallahu ‘alaihi wa sallam Lalu beliau bersabda , “Nak, aku akan ajarkan kepadamu beberapa patah kata: Jagalah Alloh, Niscaya Dia akan senantiasa menjagamu. Bila engkau meminta sesuatu, mintalah kepada Alloh, dan bila engkau meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Alloh. Ketahuilah, jika semua umat manusia bersatu padu untuk memberikan suatu kebaikan kepadamu, niscaya mereka tidak dapat melakukannya kecuali dengan sesuatu yang telah ditulis oleh Alloh bagimu, dan jika semua umat manusia bersatu padu untuk mencelakakanmu, niscaya mereka tidak dapat mencelakakanmu kecuali dengan sesuatu yang telah ditulis oleh Alloh bagimu. Pena telah diangkat dan catatan-catatan telah mengering.” (HR Tirmidzi Dia berkata , “Hadits ini hasan shohih”)

Wallahu a’lam

Senin, 17 Oktober 2011

Bantulah Saudaramu dengan Tidak bertanya


Orang Indonesia memang mempunyai karakter dan kelebihan yang unik. Karena rasa sayang yang tinggi kepada saudaranya, mereka sering menanyakan hal-hal yang sangat privasi. Pertanyaan-pertanyaan tersebut kadang diulang-ulang sampai yang ditanyakan menjadi jenuh.
Pertanyaan tersebut misalnya :
                “Kok kamu gak lulus kuliah, kamu kan pintar?”
                “Kapan kerja?”
                “Kapan punya anak?”
                “Kapan naik haji kayak aku?”
                “Kapan nih kamu beli rumah? Aku bisa kamu juga bisa.”
                Dan pertanyaan lainnya.
                Terkadang saya berpikir, mungkin ada di antara kita yang suka menanyakan hal seperti itu dengan tujuan mengakrabkan diri. Dengan memasuki area privasi seseorang, kita ingin orang tersebut mengerti bahwa kita peduli dengan kehidupan pribadinya.
                Sayangnya, kebanyakan dari kita tidak memikirkan efek dari pertanyaan tersebut. Apakah dengan bertanya tersebut apakah membawa kebaikan kepada orang yang kita tanya atau tidak, atau mungkin membawa kebaikan kepada diri kita sendiri.
                Kadang-kadang, sebagian orang tidak menjelaskan alasan mengapa mereka tidak melakukan sesuatu, tapi saya rasa sebagian orang punya alasan untuk hal-hal yang tidak dia lakukan. Dan tentu saja dia berhak untuk tidak menjelaskan alasan-alasannya.
                Dalam suatu hadits disebutkan :
Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disukai Allah daripada seorang mukmin yang lemah dalam segala kebaikan. Peliharalah apa-apa yang menguntungkan kamu dan mohonlah pertolongan Allah, dan jangan lemah semangat (patah hati). Jika ditimpa suatu musibah janganlah berkata, "Oh andaikata aku tadinya melakukan itu tentu berakibat begini dan begitu", tetapi katakanlah, "Ini takdir Allah dan apa yang dikehendaki Allah pasti dikerjakan-Nya." Ketahuilah, sesungguhnya ucapan: "andaikata" dan "jikalau" membuka peluang bagi (masuknya) karya (kerjaan) setan." (HR. Muslim)
                Ada point penting dalam hadits tersebut, yaitu perihal menerima takdir dan perihal larangan berandai-andai.     Beriman kepada takdir Allah merupakan hal yang penting dalam agama, dan kita dilarang untuk berprasangka buruk kepada takdir Allah.
                Terkadang kita menanyakan kepada seorang teman atau keluarga mengenai takdir, tanpa kita mengerti masalah yang dia hadapi. Misalnya saja kita bertanya kepada seseorang yang tidak naik haji, sementara menurut kita dia mampu. Atau kita bertanya kepada seseorang yang tidak lulus kuliah sementara menurut kita dia pintar padahal kita tidak tahu alasannya.
                Mungkin saja alasannya seseorang tersebut tidak naik haji karena dia dia suka membantu keluarganya yang fakir.  Atau mungkin saja alasannya seseorang itu tidak lulus karena dia ada masalah keuangan, atau banyak hal2 yang lainnya yang tidak kita ketahui.
                Mungkin saja bila kita bertanya-tanya kepada seseorang akan membuat dirinya berandai-andai.  Berandai-andai bila dia tidak membantu keluarganya yang fakir mungkin saja dia bisa naik haji. Atau bila dia kaya mungkin saja dia bisa melanjutkan kuliahnya.  Dan itu akan membuka peluang masuknya setan dalam pikirannya, dan akhirnya membawa dia ke jurang dosa dan perasaan tidak bersyukur. Padahal kita sendiri menganggap pertanyaan kita adalah pertanyaan yang sepele dan tidak berakibat apa-apa.
                Kalau sudah begitu, masihkah kita tidak berhati-hati bila hendak menanyakan sesuatu kepada saudara kita?
                Bantulah Saudara kita dengan tidak bertanya hal yang membuatnya tidak bersyukur dan jatuh dalam jurang dosa.
                Wallahu a’lam.
Orang Indonesia memang mempunyai karakter dan kelebihan yang unik. Karena rasa sayang yang tinggi kepada saudaranya, mereka sering menanyakan hal-hal yang sangat privasi. Pertanyaan-pertanyaan tersebut kadang diulang-ulang sampai yang ditanyakan menjadi jenuh.
Pertanyaan tersebut misalnya :
                “Kok kamu gak lulus kuliah, kamu kan pintar?”
                “Kapan kerja?”
                “Kapan punya anak?”
                “Kapan naik haji kayak aku?”
                “Kapan nih kamu beli rumah? Aku bisa kamu juga bisa.”
                Dan pertanyaan lainnya.
                Terkadang saya berpikir, mungkin ada di antara kita yang suka menanyakan hal seperti itu dengan tujuan mengakrabkan diri. Dengan memasuki area privasi seseorang, kita ingin orang tersebut mengerti bahwa kita peduli dengan kehidupan pribadinya.
                Sayangnya, kebanyakan dari kita tidak memikirkan efek dari pertanyaan tersebut. Apakah dengan bertanya tersebut apakah membawa kebaikan kepada orang yang kita tanya atau tidak, atau mungkin membawa kebaikan kepada diri kita sendiri.
                Kadang-kadang, sebagian orang tidak menjelaskan alasan mengapa mereka tidak melakukan sesuatu, tapi saya rasa sebagian orang punya alasan untuk hal-hal yang tidak dia lakukan. Dan tentu saja dia berhak untuk tidak menjelaskan alasan-alasannya.
                Dalam suatu hadits disebutkan :
Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disukai Allah daripada seorang mukmin yang lemah dalam segala kebaikan. Peliharalah apa-apa yang menguntungkan kamu dan mohonlah pertolongan Allah, dan jangan lemah semangat (patah hati). Jika ditimpa suatu musibah janganlah berkata, "Oh andaikata aku tadinya melakukan itu tentu berakibat begini dan begitu", tetapi katakanlah, "Ini takdir Allah dan apa yang dikehendaki Allah pasti dikerjakan-Nya." Ketahuilah, sesungguhnya ucapan: "andaikata" dan "jikalau" membuka peluang bagi (masuknya) karya (kerjaan) setan." (HR. Muslim)
                Ada point penting dalam hadits tersebut, yaitu perihal menerima takdir dan perihal larangan berandai-andai.     Beriman kepada takdir Allah merupakan hal yang penting dalam agama, dan kita dilarang untuk berprasangka buruk kepada takdir Allah.
                Terkadang kita menanyakan kepada seorang teman atau keluarga mengenai takdir, tanpa kita mengerti masalah yang dia hadapi. Misalnya saja kita bertanya kepada seseorang yang tidak naik haji, sementara menurut kita dia mampu. Atau kita bertanya kepada seseorang yang tidak lulus kuliah sementara menurut kita dia pintar padahal kita tidak tahu alasannya.
                Mungkin saja alasannya seseorang tersebut tidak naik haji karena dia dia suka membantu keluarganya yang fakir.  Atau mungkin saja alasannya seseorang itu tidak lulus karena dia ada masalah keuangan, atau banyak hal2 yang lainnya yang tidak kita ketahui.
                Mungkin saja bila kita bertanya-tanya kepada seseorang akan membuat dirinya berandai-andai.  Berandai-andai bila dia tidak membantu keluarganya yang fakir mungkin saja dia bisa naik haji. Atau bila dia kaya mungkin saja dia bisa melanjutkan kuliahnya.  Dan itu akan membuka peluang masuknya setan dalam pikirannya, dan akhirnya membawa dia ke jurang dosa dan perasaan tidak bersyukur. Padahal kita sendiri menganggap pertanyaan kita adalah pertanyaan yang sepele dan tidak berakibat apa-apa.
                Kalau sudah begitu, masihkah kita tidak berhati-hati bila hendak menanyakan sesuatu kepada saudara kita?
                Bantulah Saudara kita dengan tidak bertanya hal yang membuatnya tidak bersyukur dan jatuh dalam jurang dosa.
                Wallahu a’lam.

Rabu, 06 April 2011

Ketika Kita Masih Bermetamorfosis




Semua ini menunjukkan keahlian, luasnya pengetahuan, dan tak terbatasnya kekuatan Tuhan kita. Setelah melihat ini semua, kita seharusnya mengambil hikmah dari mereka dan tunduk kepada- Nya.
(Harun Yahya)
Di kala penulis masih kecil, penulis sering mengagumi keindahan kupu-kupu yang terbang bebas di alam. Keindahan yang membawa penulis ke sebuah kekaguman, betapa Maha Kuasa Sang Pencipta menciptakan lukisan yang indah dalam sayap kupu-kupu. Betapa dalam dunia ini Allah menciptakan kerumitan dalam keteraturan pola warna sayap kupu-kupu yang bila kita renungkan akan membawa kita kepada suatu ketundukan bahwa kita adalah makhluk yang lemah di hadapannya.
Namun sesungguhnya banyak hikmah yang dapat dipetik dari makhluk hidup yang satu ini, yaitu proses perkembangan kupu-kupu dari sebuah ulat yang dinamakan proses matamorfosis. Dalam ilmu biologi, metamorfosis didefinisikan sebagai suatu proses biologi di mana hewan secara fisik mengalami perkembangan biologis setelah dilahirkan atau menetas. Metamorfosis kupu-kupu adalah suatu proses yang unik.  Mengapa unik karena hewan ini mengalami suatu proses biologi dari suatu makhluk yang bentuknya sangat berbeda yaitu ulat menjadi kupu-kupu yang indah.
Kupu-kupu mengalami tahapan yang panjang sebelum menjadi kupu-kupu dewasa yang indah serta harus mengalami beberapa macam tantangan. Pada tahap pertama, kupu-kupu akan bertelur yang selanjutnya menjadi ulat. Setelah ulat tersebut memanjang dan menjadi besar, ia akan berubah menjadi kepompong. Di dalam kepompong tersebut, terjadi proses penghancuran sebagian tubuh ulat oleh cairan pencernaan, sehingga yang tersisa hanya sedikit saja bagian dari ulat tersebut. Penghancuran tersebut bertujuan agar sebagian sel yang tersisa mendapatkan sumber makanan dari hancuran tubuh ulat tersebut. Sumber yang lain menyebutkan bahwa makanan yang diperoleh ulat tersebut berasal dari daun yang dimakan oleh ulat pada tahapan sebelumnya hingga memenuhi tubuhnya sehingga tubuhnya nampak seakan-akan hampir pecah karena dipenuhi oleh makanan tersebut. Dari sumber makanan tersebutlah seekor ulat dapat bertahan dalam kepompong tanpa mengambil makanan dari luar.
Kira-kira sepuluh hari berikutnya, kepompong tersebut pun robek dan muncullah kupu-kupu muda. Kupu-kupu muda tersebut pun melakukan proses pengisian cairan tubuhya pada pembuluh sayapnya dengan tujuan sayapnya dapat meregang. Setelah proses tersebut selesai dan sayap tersebut telah kering, kupu-kupu dewasa yang indah pun terbang ke alam tanpa memerlukan latihan.
Demikianlah seterusnya, kupu-kupu betina akan melanjutkan proses regenerasinya dengan mengeluarkan larva atau telur dari tubuhnya, dan dari larva tersebut akan muncullah sebuah ulat yang pada akhirnya akan berproses menjadi kupu-kupu lagi. Siklus tersebut akan berulang terus menerus hingga akhir zaman.
Mempelajari hal tersebut mengingatkan kita, bahwa sesulit apapun tantangan yang dihadapi oleh seekor ulat, ulat tersebut tidak akan mengubah keinginannya untuk terus berproses menjadi kupu-kupu yang indah. Sesunyi apapun kehidupan di dalam kepompong, ulat tersebut tak akan menyerah menggapai takdir dan cita-citanya menjadi seekor kupu-kupu. Dalam proses tersebut ada pengorbanan yang dilakukan oleh ulat, namun semua pengorbanan itu akan terjawab tuntas ketika kupu-kupu yang indah lahir dari pengorbanan seekor ulat.
Dengan demikian, jelaslah sudah bahwa penggapaian cita-cita dan harapan memerlukan pengorbanan dan kerja keras. Laksana ulat yang berada dalam kepompong, manusia dalam pencapaian cita-citanya terkadang harus membungkus dirinya dengan keteguhan hati dari segala cercaan dan segala hal yang melemahkan dari luar dirinya. Terkadang kita pun harus mengalami sakit dan derita dalam penggapaian cita-cita tersebut seperti ulat tersebut. Namun bila kita telah menggapai harapan kita tersebut, maka keindahan akan terpancar dari hasil pengorbanan kita.
Dan mungkin saja ketika pencapaian cita-cita itu tiba tidak ada lagi yang mengingat ulat tersebut, melainkan yang nampak di mata mereka hanyalah kupu-kupu yang indah. Dan semoga bila saat itu tiba, maka senyum indah dan kesyukuran selalu tersungging dari jiwa kita mengingat sebuah pesan dari Sang Pencipta. Bahwa sesungguhnya tidak ada sesuatu pun yang diciptakan di muka bumi ini yang tidak menceritakan kebesaran dan keesaan Sang Pencipta. Dan tidak ada sesuatupun yang tidak bisa diubah oleh Allah bila Allah telah berkehendak termasuk kesulitan-kesulitan kita.

Selasa, 05 April 2011

Renungan Nasi Kuning

Tiada makanan yang lebih baik daripada hasil usaha tangan sendiri.
 (HR. Bukhari)

                Ibuku adalah wanita yang ulet dan pekerja keras. Beliau adalah seorang guru Sekolah Dasar di sekolah di mana saya juga pernah bersekolah. Menjadi guru adalah cita-cita beliau sendiri, karena memang keluargaku adalah keluarga guru. Kakekku adalah seorang guru yang terkenal berwibawa pada waktu beliau masih mengajar dulu. Seingatku ibu pernah bercerita, bagaimana ketika kakek dengan baju yang disetrika rapi dengan kanji memasuki sekolah, maka tak akan ada murid-murid yang berani berbuat macam-macam. Murid-murid akan diam tak bersuara seakan-akan berhadapan dengan macan. Karena memang pada jaman kakek, guru adalah figur yang sangat dihormati.
                Hal itu pun menurun pada jiwa ibuku. Ibuku selalu tegas bila mengajar, bahkan pada anak-anaknya sendiri. Pernah dia memarahi kakak sulungku, karena datang terlambat, di hadapan murid-muridnya. Pada waktu itu kakak sulungku memang menjadi murid di kelasnya. Walhasil, kejadian itu menjadi momen yang tak terlupakan bagi kakakku, sehingga di waktu-waktu tertentu, terkadang dia menceritakan momen bersejarahnya itu kepada kami semua. Ibuku hanya terdiam mendengar cerita kakakku.
Menurutku, ibuku juga punya keinginan kuat untuk selalu berjuang dalam hidup. Sebagai contoh, pernah di waktu saya masih sekolah dasar Ibu membuat kue dan es manis untuk dijual sekadar menambah penghasilan keluarga. Walaupun hasilnya tidak seberapa, tapi mungkin ibu ingin mengajarkan arti ketekunan dan kerja keras kepada kami semua. Karena hidup memang harus dijalani dengan ketekunan dan kerja keras.  Dulu sewaktu saya kecil, saya telah terbiasa membantu ibu berdagang.  Mengantar es, mengantar kue ke sekolah pada pagi hari, lalu pada sorenya saya kembali mengambilnya ke tempat yang sama. Itu dulu sewaktu saya masih kecil.
                “Nak Benua biru. Bawa kue ini ke toko .” Perintah ibuku kepadaku waktu itu.
                “Baik bu.” Jawabku.
Dengan sepeda kecil yang kumiliki saya membawa kue-kue itu ke toko. Kukayuh dengan semangat, agar cepat sampai. Setelah sampai di toko tetangga, saya lalu meletakkan kue tersebut di rak dagangan, dan meminta izin untuk pulang. Pada malam harinya saya kembali lagi dan berharap kue-kue tersebut sudah habis semua. Bila kue-kuenya habis, terasa senanglah hatiku. Pak Suwadi akan memberikan saya uang kue hasil penjualan, tentu saja setelah memotong komisi untuknya.
Bukan hanya kue yang saya bawa, terkadang saya juga membawa es manis yang dibuat ibuku untuk diantarkan ke warung-warung yang ada di sekeliling kompleksku. Rutin aku dan saudara-saudaraku bergantian membawanya. Selain ke warung-warung dekat rumahku, ibu juga membuat kue untuk dijual di sekolah dasar tempatnya mengajar dan saya bersekolah. Sekolah dan rumahku tidak berjarak jauh. Saya bisa berjalan kaki dari rumahku ke sekolah.
Ada suatu kejadian ketika sepulang sekolah, kue-kue yang dibuat ibuku tidak habis. Sudah menjadi kebiasaan, bila bukan ibuku yang mengambil keranjang kue di warung sekolah, maka akulah yang akan mengambil keranjang kue tersebut. Namun ada yang berbeda hari ini. Ternyata teman-teman sekolahku sudah menungguku di dekat pintu gerbang ketika melihatku membawa tempat kue tersebut. Mereka bergerombol seperti orang yang sedang menunggu mangsa. Saya mulai berpikir ada yang salah. Mereka jumlahnya banyak, tentu saja bila mereka berniat jahat kepadaku, aku akan kalah.
                “Hai Benuabiru.” Seru mereka sambil tersenyum-senyum aneh.
                Biasanya kalau mereka sudah tersenyum, tentu ada sesuatu yang hendak mereka inginkan. Senyum itu terasa lebih aneh, karena pesan-pesan mereka seperti memancarkan sinyal khusus yang setaraf dengan kode morse. Harus diterjemahkan dulu oleh para ahli psikologi anak baru dapat dimengerti maknanya yang paling dalam.
                “Ada apa teman-teman?” Tanyaku
                “Boleh gak kami minta kue-kue yang tesisa?” Tanya mereka malu-malu melalui lisan Ferdy ketua geng mereka.
                Saya teringat pesan ibuku. Kalau memang ada kue yang tersisa dan seumpamanya teman-teman kamu memintanya, aku diperbolehkan oleh ibuku untuk membagikannya secara gratis.
                “Iya, boleh saja.” Sahutku sambil tersenyum.
                Tanpa dikomando, berhamburanlah mereka merebut kue-kue yang masih ada di keranjang kue yang saya bawa. Jumlah kue hanya sedikit, sedangkan mereka berjumlah banyak. Tentu saja terjadi perebutan kekuasaan untuk mendapatkan makanan.  Siapa yang kuat dia yang dapat, sedang yang lemah hanya akan mendapatkan remah-remah sisa si kuat. Sekali lagi terbukti keinginan untuk bertahan hidup salah satunya dengan perebutan makanan adalah tahap pertama dari hierarchy of needs.
                Di saat perebutan makanan itu terjadi, dan di tengah kebahagiaan mereka, datanglah seseorang dengan wibawa yang tinggi menghampiri mereka. Ternyata dia adalah Pak Amir, salah satu guru yang terkenal berwibawa di sekolah kami. Dia mendehem keras ke arah murid-murid kelas empat temanku.
                “Hai, sedang apa kalian?” Teriaknya kepada teman-temanku. Sebagian mereka menunduk memandang tanah, walau ada juga dari mereka yang masih ketawa cekikikan menahan geli mengingat perebutan makanan tadi.
                “Kalau mau makan kue, harus bayar.” Pak Amir marah bukan kepalang. Ditatapnya murid-murid itu dengan tajam. Entahlah, mungkin beliau merasa kasihan denganku. Mungkin pula beliau menyangka bahwa teman-temanku memaksa aku untuk memberikan sisa kue kepada mereka.
                Tentu saja menghadapi tatapan mata seperti itu, teman-temanku sekelasku yang tadinya berebut makanan menjadi keder. Mereka pun mengeluarkan uang dari kantongnya sambil memberi aku kode yang aku tahu maksudnya. Aku pun membalas kode mereka. Pak Amir pun tersenyum mengetahui instruksinya telah dilaksanakan dengan baik akhirnya pergi berlalu. Beliau tak menyadari permainan kode antara saya dan teman-temanku.
                Dan memang benar. Setelah Pak Amir pergi, teman-temanku itu meminta kembali uang mereka. Dengan senyum yang aneh, mereka menatapku lagi penuh makna. Tentu saja saya paham maksud di balik semua tingkah laku mereka. Saya hanya bisa tersenyum melihat tingkah mereka yang lucu. Uang yang semula berada di kantongku, akhirnya harus berpindah tangan lagi ke mereka. Demikian pula isi keranjang kueku. Bawaanku yang semula agak berat menjadi ringan karena memang sudah tidak ada lagi isinya dinikmati oleh mereka.
                Dan banyak lagi kenangan mengharukan dalam hidupku. Misalnya ketika suatu saat aku mengantar es manis ke sebuah warung dengan sepeda kecilku. Karena terlalu bersemangat, aku pun mengayuh sepedaku dengan sangat kencangnya. Brakk! Semua isi es dari termos yang kubawa jatuh ke tanah. Dan es-es yang dibuat ibuku dengan susah payah akhirnya menjadi kotor. Dengan hati yang hancur, aku membawa es-es itu ke rumah, membersihkan dan memisahkan bagian yang masih bisa diselamatkan, dan mana yang harus dibuang. Aku merasa sangat bersalah, karena es-es itu dibuat dengan susah payah oleh ibuku. Tapi ibuku memang seorang ibu yang mulia. Aku merasa sangat bersyukur, ketika mengetahui ibuku tidak marah sedikit pun kepadaku.

۩

                Beberapa minggu yang lalu saya pulang kembali ke kampung halamanku. Terasa lelah karena menempuh perjalanan kurang lebih dua belas jam untuk kembali ke homebase. Ada perasaan sedih setiap saya pulang, karena homebase-ku begitu jauh dari tempat saya bekerja. Ketika saat pulang tiba, terkadang hanya rasa lelah yang menghinggapi badan ini.
                Dan pagi itu, ibuku tanpa sadar telah mengajarkan saya filosofi itu.
                Mungkin, berdagang merupakan hobi yang tidak disadari oleh ibuku. Ketika saya pulang ibu sudah memberikan tugas baru bagiku.
                “Nak, nanti antar adek kamu ke pasar, buat nyari bahan-bahan nasi kuning dan agar-agar.”
                Ibu sudah bertekad menjual nasi kuning di sekolah sebagai tambahan penghasilan buat adek yang masih kuliah. “Untuk belin bensin motor adekmu”, kata beliau.
                Maka kepulanganku ke rumah sebagian kuisi dengan membantu ibu membuat nasi kuning.
                Membuat nasi kuning, menurut ibu haruslah sebaik mungkin. Ibu berkata seperti ini padaku:
                “Nak, kalau memasak nasi kuning itu jangan setengah-setengah. Harus sampai enak. Kadang ada orang yang memasak, nasi kuning tapi rasanya hambar. Ibu tidak mau seperti itu.” Sahut Ibu ketika saya membantunya membungkus nasi kuning.
                “Mencari uang itu harus bersusah-susah nak.” Sahut ibuku lagi.
                Saya terhenyak mendengar kata-kata beliau. Saya teringat kenangan di masa kecilku ketika saya membantu ibuku berjualan es, kini saat itu terulang kembali. Ibu harus berjuang kembali mencari rezeki sebagai bentuk ikhtiar beliau. Walau beliau telah mempunyai gaji dan kiriman dari anak-anaknya, tapi beliau tiada berhenti berusaha.
                Ibu seperti berpesan kepada saya, bahwa hidup itu seperti berjualan nasi kuning. Ketika kita memasaknya dengan setengah-setengah, maka orang lain tak akan menyukainya, dan dagangan itu pun tidak laku. Seperti itulah hidup. Ketika kita hanya mengolah diri kita setengah-setengah dan main-main, maka hasil kita akan terasa hambar. Dan memang berusaha itu tidaklah mudah dan memerlukan perjuangan.  Ibu bahkan tidak memperlihatkan rasa lelahnya dalam bekerja, setelah semalam begadang membuat nasi kuning itu. Mungkin itu karena ibu mencintai pekerjaan ini.
                Saya merenung dalam-dalam. Betapa selama ini dalam hidupku saya telah berjuang dengan keras untuk melewati segala rintangan. Betapa banyak masalah yang aku lewati, dan setiap masalah yang datang selalu membuatku belajar untuk terus bertahan hidup dan tidak menyerah. Di kala masalah yang baru tiba saat ini, tiada bijak saya menyerah kalah, padahal saya yakin dengan izin Allah insya Allah, saya akan bisa bertahan dan berusaha lagi menggapai kehidupan yang lebih baik.
Ah, ibu. Setiap saya mengingat kerja kerasmu, saya merasa semakin kagum kepadamu. Saya jadi malu mengeluh kepadamu tentang hidupku di perantauan. Terima kasih ibu atas sebuah pelajaran berharga tentang makna berusaha dalam kehidupan. Saya akan selalu berjuang menjadi lebih baik. Karena hidup memang harus diisi dengan perjuangan.
(NB: Nama2 di atas adalah fiktif belaka, tapi berdasarkan kisah pribadi)^_^V
                                                                                                                               

Jumat, 18 Maret 2011

Ketika Itu Bukan Mimpi Lagi

Miliki keberanian untuk mengikuti kata
hati dan intuisi Anda, maka Anda pun akan sampai pada
apa yang Anda inginkan
(Steven Job)

                Dalam cerita-cerita dongeng, kita sering membaca tentang kisah permadani terbang yang dipergunakan tokoh cerita untuk terbang di angkasa. Dengan bebas dia terbang di angkasa, melayang-layang dan melihat pemandangan di bawah yang indah dari angkasa. Mungkin berabad-abad yang lalu sang pembuat dongeng tak akan mengira bahwa mimpi terbang di angkasa bisa menjadi kenyataan. Ini hanya dianggap impian yang akan terus menerus tak akan menjadi kenyataan.

                Pada tanggal 17 Desember 1903, Overville Wright dan Wilbur Wright, dua jenius yang dikenal sebagai Wright bersaudara melakukan penerbangan pertama mereka di Kill Devil Hill dekat Kitty Hawk, Carolina Utara. Sebuah kesuksesan yang tidak dicapai begitu saja, namun dicapai dengan kerja keras yang tiada henti. Betapa banyak yang meremehkan mereka dan menganggap mereka melakukan kebohongan. Namun mereka berhasil membuktikan bahwa mimpi tersebut bisa menjadi kenyataan. Pada tahun 1909 pemerintah Amerika Serikat memberikan kontrak kepada mereka sebesar $30,000 untuk membuat pesawat-pesawat yang diperlukan dalam pertahanan udara karena hal tersebut terbukti bukan mimpi lagi.

                Seorang tokoh jenius yang lain, Thomas Alva Edison, sempat diremehkan di masa kecilnya dan dianggap sebagai orang yang dungu. Namun, ibunya dengan penuh kasih sayang mengajar anaknya sendiri, sehingga hal yang selama ini dianggap sebagai kedunguan terbukti sebenarnya berisi kejeniusan. Konon semasa hidupnya Thomas mempunyai pendengaran yang lemah, namun dengan semangat dan kerja kerasnya dia berhasil menemukan seribu penemuan, salah satunya adalah lampu pijar.

                Meremehkan mimpi orang lain, adalah kisah yang selalu berulang-ulang dalam sejarah manusia. Tidak cukup dengan meremehkan, orang yang bermimpi terkadang dianggap sebagai orang yang tidak realistik dan mengerjakan hal yang sia-sia. Tantangan itu bahkan kadang tidak datang dari orang yang tidak menyayangi kita, bahkan, ironisnya, datang dari orang-orang yang menyayangi kita. Mereka beranggapan seseorang yang terlalu banyak bermimpi pasti akan merasakan sakit bila merasakan kegagalannya. Dan lebih ironis lagi, bila yang meremehkan mimpi itu adalah kita sendiri. Kita menganggap mimpi itu tak akan pernah tercapai. Kita membatasi diri kita sendiri!

                Sungguh beruntunglah Overville Wright yang mempunyai saudara seperti Wilbur Wright. Mereka saling mendukung menggapai sesuatu yang merupakan impian mereka bersama. Andaikata salah satu dari mereka menyerah sebelum penemuan itu berhasil, mungkin sejarah penemuan pesawat terbang akan menjadi berbeda. Namun mereka mempunyai visi dan misi yang sama dalam mencapai masa depan. Mereka saling menguatkan dan tidak melemahkan, sehingga impian bersama mereka dapat terwujud.

                Beruntung pula Thomas Alva Edison yang mempunyai seorang ibu yang berhati besar. Walaupun anaknya dianggap siswa yang kurang cerdas di sekolah, namun dia tak menyerah. Dia tak mau seseorang pun meremehkan anaknya,  dia mengambil alih peran guru itu dan mengajar anaknya dengan segenap kasih sayang. Akhirnya Thomas Alva Edison menjadi salah satu orang yang dianggap paling jenius di dunia dengan penemuan yang lebih dari seribu penemuan.

                Beruntunglah anda yang menemukan seseorang yang menganggap mimpi anda adalah sesuatu yang dapat terwujud. Apalagi bila dia adalah orang yang sangat berarti bagi anda. Namun anda lebih beruntung lagi, bila orang yang menganggap mimpi itu bisa diwujudkan adalah anda sendiri. Maka jangan pernah remehkan mimpi anda!

                Dan beruntunglah anda pada saat anda menyadari bahwa mimpi itu telah menjadi kenyataan.

RASAKAN SEMANGAT ZATOICHI

Seorang pengecut mati beberapa kali, pemberani hanya mati sekali
( orang bijak)

                Beberapa tahun yang lalu saya  mempunyai seorang teman, yang secara fisik beliau tidak sempurna, namun beliau mempunyai semangat yang sedalam samudera. Dia dilahirkan cacat pada kedua belah matanya. Ajaibnya bagiku, kekurangannya tersebut tidak menghalangi semangatnya untuk terus berjuang mencapai cita-citanya. Beliau masuk ke perguruan tinggi negeri, terus belajar menggapai cita-citanya dengan keterbatasan tersebut. Saya masih teringat bagaimana dia dengan tekun mencatat pelajaran yang dia dengarkan dalam sebuah buku dengan alat khusus, sehingga dari buku tersebut dia dapat merasakan bentuk tulisan khusus yang dinamakan tulisan  Braille. Beliau tidak pernah terdengar mengeluh dengan keadaan kekurangannya tersebut, bahkan beliau menjadikan hal tersebut sebagai pemacu untuk terus berjuang. Kabar terakhir yang saya dengar, dia sekarang menjadi seorang Pegawai Negeri Sipil pada sebuah Dinas Sosial di sebuah kota di Jawa Barat.

                Dalam cerita rakyat Jepang, ada seorang pahlawan yang mengalami ketidaksempurnaan fisik pada matanya yang bernama Zatoichi. Namun, walaupun dia mempunyai keadaan yang tidak sempurna, dia terus memacu dirinya untuk mempergunakan ketidaksempurnaannya tersebut menjadi kemampuan yang berbeda dengan samurai pada umumnya. Bila samurai pada umumnya mengandalkan penglihatannya untuk menyerang, maka Zatoichi mengandalkan kemampuan pendengarannya untuk menyerang. Indera pendengarannya menjadi senjata yang paling ampuh baginya, karena melalui latihan keras dan sungguh-sungguh, dia dapat mendengarkan bunyi yang paling lembut dari sesuatu yang bergerak, sehingga dia sukar untuk dikalahkan lawan-lawannya. Bahkan dia menjadi samurai yang paling handal saat itu berdasarkan kemampuan khususnya tersebut. Dia adalah seorang samurai yang tidak kenal menyerah, dan berjuang dalam prinsip hidup yang dia yakini.

                Semangat samurai yang pantang menyerah benar-benar dipraktekkan oleh bangsa Jepang. Jepang telah belajar banyak akan arti perjuangan, ketika pada tahun 1945 Hiroshima dan Nagasaki harus hancur lebur oleh bom atom dan memaksa mereka untuk menyerah. Saat tersebut, bangsa Jepang seakan-akan mengalami kebutaan, karena beratnya beban kekalahan tersebut. namun jiwa samurai yang kuat telah menghujam dalam dada orang Jepang. Bagaikan sang samurai Zatoichi, legenda mereka, bangsa Jepang memanfaatkan kekurangan yang ada dan menjadikan potensi lain menjadi senjata. Mereka tidak tinggal diam dan menyerah oleh kegagalan dan kekalahan.  Padahal saat itu, secara kasat mata bangsa Jepang telah mengalami kekalahan dan kebangkrutan. Namun dengan semangat seorang Zatoichi, mereka bangkit dan berjuang mengalahkan lawan-lawannya, termasuk Amerika Serikat yang telah mengebom kedua kota bangsa Jepang tersebut tanpa ampun. Bukan dalam bidang peperangan, tetapi dalam bidang ekonomi dan perindutrian. Suatu bidang yang tidak diperkirakan sebelumnya.

                Mereka terus menerus berusaha, berjuang secara konsisten dan tidak kenal menyerah menggapai cita-cita mereka. Kondisi sumber daya alam yang terbatas, tidak menyebabkan mereka menyerah. Walaupun mereka harus menggantungkan diri dengan mengimpor hampir delapan puluh lima persen sumber daya alam dari negara lain, tapi mereka membalikkan kelemahan tersebut dengan mengelola sumber daya alam yang mereka impor tersebut menjadi produk-produk terbaik di dunia sampai sekarang.

                 Kegagalan masa lalu menjadi acuan untuk mencapai kesuksesan berikutnya. Mereka mengandalkan karakter-karakter positif dalam diri mereka seperti tidak mudah menyerah, giat, pekerja keras, menghargai waktu, berusaha mengkreasikan yang terbaik, dan banyak lagi karakter positif untuk menggantikan segala kekurangan mereka menjadi kelebihan.

                Kekurangan fisik ataupun kekurangan kemampuan tidak akan berarti kegagalan bila seseorang mempunyai jiwa yang besar seperti yang dimiliki oleh temanku itu. Temanku itu telah membuktikan bahwa tidak ada seseorang pun yang dapat membatasi kita melainkan kita sendiri. Dengan upaya yang terus menerus dan konsisten akhirnya temanku itu berhasil mandiri dalam hal finansial dengan hasil keringatnya sendiri. Zatoichi pun demikian. Dia menyadari bahwa dirinya mempunyai kelemahan, namun dia punya kekuatan dari dasar hatinya yang mampu mengalahkan kelemahannya. Dia terus menerus belajar agar menjadi yang terbaik, dan berupaya menjaga agar kelemahannya tidak menjadi sumber kekalahannya.

                Itulah semangat Zatoichi sebenarnya. Bagaimana kita bangkit dari kegagalan, dan berjuang mencapai kemenangan dengan semangat yang tidak mudah menyerah. Walaupun banyak orang menyatakan bahwa kita akan gagal, tapi bila kita mempunyai semangat yang terus membara dalam dada kita, maka kita tidak akan pernah gagal. Semangat untuk berjuang dan memanfaatkan potensi yang ada dalam diri kita harus kita pertahankan. Belajarlah dari semangat Zatoichi!

KEMBALINYA SANG JUARA

Alasan aku ingin menang adalah karena tak seorang pun
berpikir aku bisa melakukannya
(Lance Armstrong, A Survivor’s Story)

Entah apa yang ada di pikiran Lance Armstrong ketika dalam puncak kesuksesannya sebagai atlet balap kelas dunia, dia divonis oleh dokter mempunyai peluang hidup yang tipis karena kanker yang telah menyebar ke beberapa organ tubuhnya yang vital. Sebagai atlet yang terbiasa dalam prestasi, vonis dokter yang memilukan itu tentu saja sangat menakutkan, karena bukan saja dia bisa saja kehilangan prestasi-prestasi yang selama ini dia peroleh dengan gemilang, namun yang lebih menakutkan dia bisa saja meninggal karena penyakit tersebut.

Bercerita tentang Lance Armstrong sebelum dia divonis kanker, adalah cerita tentang semangat dan prestasi dalam bidang olahraga, utamanya bidang olahraga bersepeda. Salah satu contoh kemenangan gemilang dari Lance Armstrong adalah ketika dia memenangkan sebuah etape dalam Tour de France di usia 21 tahun. Dia adalah orang termuda yang memenangkan etape tersebut. Prestasi tersebut didapatkannya tentu saja bukan dengan cara yang mudah. Prestasi tersebut didapatkannya dengan memfokuskan dirinya sepenuh hati pada tujuan. Prestasi tersebut dicapai karena dia tahu kekuatan dan potensinya adalah dalam bidang olahraga. Dia tidak mau setengah-setengah dalam mencapai impiannya, karena baginya, hal tersebut adalah bukan sifat seorang juara. Dia berniat menjadi juara dalam bidang yang dia yakin dia mampu, dan yang paling penting dalam bidang yang dia sukai.

Ketika dia masih bersekolah, di saat pemuda-pemuda yang sebaya dengannya bersantai-santai dalam kehidupan tanpa visi, dia telah mengerti seperti apa keinginannya di masa depan. Dia bercerita bagaimana dia melatih dirinya dengan berlari sejauh hampir 10 km dan melanjutkannnya dengan bersepeda sampai malam setiap harinya. Dia pernah mengalami gegar otak ketika latihan ditambah dengan jahitan di kepala dan kakinya, namun dia tak pernah menyerah. Sepedanya pernah diinjak-injak oleh seorang supir truk yang marah karena Lance protes ketika dia disalip oleh sebuah jalan oleh supir truk tersebut. Berjuang sebagai junior dalam sebuah tim yang dipenuhi senior-senior berpengalaman, dia belajar untuk membuktikan bahwa prestasi bukan masalah usia, namun masalah kuatnya semangat yang kita miliki. Berbekal dukungan ibunya yang tak pernah henti mendukungnya, dia menjelma menjadi seseorang yang percaya diri atas dirinya.

Namun apakah rasa percaya diri dan keyakinan itu tetap ada ketika vonis itu ditujukan kepada dirinya? Ataukah dia akan hancur karena prestasi tersebut? Kanker bukan saja menghancurkan fisiknya, namun juga mentalnya ketika itu. Yang membedakan antara sang juara dan seorang pecundang adalah masalah mental. Sang juara lahir dari mental yang kuat. Ketika mental seseorang telah jatuh, betapa besar bakat dan kemampuan yang dimiliki maka dia akan dengan mudah dikalahkan oleh lawannya. Mental merupakan hal yang krusial bagi seorang atlet. Mental yang kuat akan membangkitkan potensi yang ada dalam diri seorang manusia untuk berprestasi. Tapi kini dia berada dalam kebimbangan terbesar dalam hidupnya untuk bangkit.

Tapi Lance bukanlah seorang pecundang. Dia adalah seorang juara. Dengan dukungan orang-orang yang dicintainya dia mulai memfokuskan diri untuk berjuang melawan kanker yang menggerogoti tubuhnya. Dia berikhtiar untuk mencari pengobatan yang terbaik berbekal puing-puing semangat yang masih ada dalam jiwanya. Pengobatan itu bukanlah pengobatan yang mudah, karena dalam proses pengobatan tersebut saja memberikan penderitaan yang sangat berat bagi penderitanya. Berkali-kali kemoterapi yang menyakitkan dan berbagai macam alat yang dipasang di tubuhnya,  memerlukan mental seorang juara untuk melewatinya. Dia menceritakan bagaimana dia harus menahan rasa perih yang sangat, ketika keteter yang dipasang di dadanya sudah saatnya dicabut. Keteter tersebut telah menyatu dengan kulitnya, karena telah empat bulan dipasang di dadanya. Sehingga, tentu saja untuk mencabutnya kembali menyisakan rasa yang perih bagi Lance.

Lance Armstrong berhasil melewati perjuangan melawan kanker dan akhirnya dianugerahkan kesembuhan oleh Sang Maha Pencipta. Tapi apakah perjuangan itu berakhir di sini? Tentu saja tidak! Setelah dia sembuh, dia harus berjuang untuk mengembalikan kepercayaan dirinya sebagai juara, dan membuktikan dirinya bahwa walaupun dia telah melewati perjuangan melawan kanker, dia mampu kembali menjadi seorang juara. Tapi perlawanan terbesar berasal dari dirinya sendiri, bukan dari orang lain. Dia merasa dirinya tidak mampu lagi bersepeda seperti dulu. Sang juara dikalahkan oleh dirinya sendiri. Bayangan kegagalan memasuki pikirannya.

Tapi semangat sang juara di dalam dirinya ternyata tak pernah mau berhenti berjuang menyemangati dirinya. Setelah dia menemukan seorang wanita yang setia mendukung dirinya, Kik, dia memutuskan kembali bersepeda. Dia melatih dirinya untuk kembali seperti dulu bahkan lebih. Lance Armstrong telah bangkit dan kembali! Walau terkadang harus jatuh dalam kebimbangan dalam proses kebangkitan tersebut, namun dia tetap bangkit kembali untuk membuktikan dirinya kepada orang-orang yang meremehkan dirinya. Dan prestasi spektakulernya yang sangat fenomenal, adalah rekor memenangi Tour de France tujuh kali setelah perjuangannya melawan kanker. Di saat banyak orang berpikir dia tidak akan mampu melakukannya, dengan mental yang kuat dia membuktikan bahwa dia bisa kembali menjadi seorang juara!

Itulah semangat seorang juara sejati. Juara sejati tidak akan berhenti berjuang dan tidak menyerah oleh vonis yang diberikan oleh orang lain. Juara sejati memiliki mental yang kuat, dan itulah yang membedakan dirinya dengan orang lain. Juara sejati akan tetap kembali dalam prestasi lainnya, dan seperti itulah Lance Armstrong, Sang Juara yang Kembali!