Jumat, 18 Maret 2011

RASAKAN SEMANGAT ZATOICHI

Seorang pengecut mati beberapa kali, pemberani hanya mati sekali
( orang bijak)

                Beberapa tahun yang lalu saya  mempunyai seorang teman, yang secara fisik beliau tidak sempurna, namun beliau mempunyai semangat yang sedalam samudera. Dia dilahirkan cacat pada kedua belah matanya. Ajaibnya bagiku, kekurangannya tersebut tidak menghalangi semangatnya untuk terus berjuang mencapai cita-citanya. Beliau masuk ke perguruan tinggi negeri, terus belajar menggapai cita-citanya dengan keterbatasan tersebut. Saya masih teringat bagaimana dia dengan tekun mencatat pelajaran yang dia dengarkan dalam sebuah buku dengan alat khusus, sehingga dari buku tersebut dia dapat merasakan bentuk tulisan khusus yang dinamakan tulisan  Braille. Beliau tidak pernah terdengar mengeluh dengan keadaan kekurangannya tersebut, bahkan beliau menjadikan hal tersebut sebagai pemacu untuk terus berjuang. Kabar terakhir yang saya dengar, dia sekarang menjadi seorang Pegawai Negeri Sipil pada sebuah Dinas Sosial di sebuah kota di Jawa Barat.

                Dalam cerita rakyat Jepang, ada seorang pahlawan yang mengalami ketidaksempurnaan fisik pada matanya yang bernama Zatoichi. Namun, walaupun dia mempunyai keadaan yang tidak sempurna, dia terus memacu dirinya untuk mempergunakan ketidaksempurnaannya tersebut menjadi kemampuan yang berbeda dengan samurai pada umumnya. Bila samurai pada umumnya mengandalkan penglihatannya untuk menyerang, maka Zatoichi mengandalkan kemampuan pendengarannya untuk menyerang. Indera pendengarannya menjadi senjata yang paling ampuh baginya, karena melalui latihan keras dan sungguh-sungguh, dia dapat mendengarkan bunyi yang paling lembut dari sesuatu yang bergerak, sehingga dia sukar untuk dikalahkan lawan-lawannya. Bahkan dia menjadi samurai yang paling handal saat itu berdasarkan kemampuan khususnya tersebut. Dia adalah seorang samurai yang tidak kenal menyerah, dan berjuang dalam prinsip hidup yang dia yakini.

                Semangat samurai yang pantang menyerah benar-benar dipraktekkan oleh bangsa Jepang. Jepang telah belajar banyak akan arti perjuangan, ketika pada tahun 1945 Hiroshima dan Nagasaki harus hancur lebur oleh bom atom dan memaksa mereka untuk menyerah. Saat tersebut, bangsa Jepang seakan-akan mengalami kebutaan, karena beratnya beban kekalahan tersebut. namun jiwa samurai yang kuat telah menghujam dalam dada orang Jepang. Bagaikan sang samurai Zatoichi, legenda mereka, bangsa Jepang memanfaatkan kekurangan yang ada dan menjadikan potensi lain menjadi senjata. Mereka tidak tinggal diam dan menyerah oleh kegagalan dan kekalahan.  Padahal saat itu, secara kasat mata bangsa Jepang telah mengalami kekalahan dan kebangkrutan. Namun dengan semangat seorang Zatoichi, mereka bangkit dan berjuang mengalahkan lawan-lawannya, termasuk Amerika Serikat yang telah mengebom kedua kota bangsa Jepang tersebut tanpa ampun. Bukan dalam bidang peperangan, tetapi dalam bidang ekonomi dan perindutrian. Suatu bidang yang tidak diperkirakan sebelumnya.

                Mereka terus menerus berusaha, berjuang secara konsisten dan tidak kenal menyerah menggapai cita-cita mereka. Kondisi sumber daya alam yang terbatas, tidak menyebabkan mereka menyerah. Walaupun mereka harus menggantungkan diri dengan mengimpor hampir delapan puluh lima persen sumber daya alam dari negara lain, tapi mereka membalikkan kelemahan tersebut dengan mengelola sumber daya alam yang mereka impor tersebut menjadi produk-produk terbaik di dunia sampai sekarang.

                 Kegagalan masa lalu menjadi acuan untuk mencapai kesuksesan berikutnya. Mereka mengandalkan karakter-karakter positif dalam diri mereka seperti tidak mudah menyerah, giat, pekerja keras, menghargai waktu, berusaha mengkreasikan yang terbaik, dan banyak lagi karakter positif untuk menggantikan segala kekurangan mereka menjadi kelebihan.

                Kekurangan fisik ataupun kekurangan kemampuan tidak akan berarti kegagalan bila seseorang mempunyai jiwa yang besar seperti yang dimiliki oleh temanku itu. Temanku itu telah membuktikan bahwa tidak ada seseorang pun yang dapat membatasi kita melainkan kita sendiri. Dengan upaya yang terus menerus dan konsisten akhirnya temanku itu berhasil mandiri dalam hal finansial dengan hasil keringatnya sendiri. Zatoichi pun demikian. Dia menyadari bahwa dirinya mempunyai kelemahan, namun dia punya kekuatan dari dasar hatinya yang mampu mengalahkan kelemahannya. Dia terus menerus belajar agar menjadi yang terbaik, dan berupaya menjaga agar kelemahannya tidak menjadi sumber kekalahannya.

                Itulah semangat Zatoichi sebenarnya. Bagaimana kita bangkit dari kegagalan, dan berjuang mencapai kemenangan dengan semangat yang tidak mudah menyerah. Walaupun banyak orang menyatakan bahwa kita akan gagal, tapi bila kita mempunyai semangat yang terus membara dalam dada kita, maka kita tidak akan pernah gagal. Semangat untuk berjuang dan memanfaatkan potensi yang ada dalam diri kita harus kita pertahankan. Belajarlah dari semangat Zatoichi!

Tidak ada komentar: